Pemerhati masalah sosial ekonomi
Kemacetan panjang dan parah telah menjadi pembicaraan hangat di setiap sudut daerah di propinsi Jambi. Bagaimana tidak jarak kota Jambi dengan kota Muara Bulian yang biasanya bisa di tempuh dalam waktu 1 - 1,5 jam, karena macet seringkali jarak yg hanya lebih kurang 70 km di tempuh dalam waktu 8 jam. Dan kemacetan secara umum hingga mencapai 22 jam. Benar-benar sangat membosankan. Tidak salah jika kemacetan terparah di propinsi Jambi selama puluhan tahun ini selalu menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat. Baik di perkampungan maupun di perkotaan. Baik di warung kopi maupun di dalam gedung bertingkat yg nyaman dgn AC full 16'C. Gedung yang indoor view dan outdoor view sangat menyejukkan mata jg bicara tentang kemacetan yg menahun ini. Tidak sedikit yg mengomentari masalah ini dgn komentar sinis terhadap pemimpin Jambi yang terkesan tidak punya kemampuan utk menyelesaikan permasalahan ini dengan segera dan tuntas.
Harusnya pemerintah prop. Jambi mampu menyelesaikan permasalahan ini dgn tuntas dan tepat serta cepat asalkan para pemimpin Jambi mau terbuka dengan keadaan dan dengan org- org sekeliling. Termasuk dengan daerah daerah tetangga atau daerah lain yg permasalahan yg dihadapi adalah sama atau hampir sama, Sumsel dan Sumbar misalnya. Dan jika saja pemerintah prop. Jambi mau secara terbuka untuk urung rembuk dgn potensi- potensi yg di miliki oleh masyarakat Jambi termasuk dengan warga Jambi di perantauan, yg tentunya juga memiliki keahlian sangat banyak dan beragam untuk menyelesaikan permasalahan ini, baik ahli geologi, ahli tekhnik, ahli transportasi darat, laut maupun udara dan lain sebagainya. Disamping putra putri terbaik negeri Jambi yg masih berada di propinsi Jambi itu sendiri.
Keikhlasan dan kemauan untuk melibatkan semua stackholder yg ada adalah kunci penuntasan permasalahan ini. Mereka pasti mau di ajak berunding urung rembuk dengan masyarakat adat, khususnya masyarakat yg di kelilingi oleh tambang Batu bara yg di fasilitasi oleh pemerintah propinsi Jambi. Atau juga bisa lewat study banding dengan daerah lain. Misalnya bagaimana daerah lain yg dulu pernah mengalami kemacetan parah karena transportasi Batu bara, bisa keluar dari permasalahan rumit transportasi darat kala itu. Atau dengan daerah lain yg kondisi sungainya hampir sama dgn Sungai Batang hari. Bahkan bisa juga dengan menggunakan konsultan 'berkelas' untuk ikut serta mencari solusi dan berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan kemacetan panjang dan parah ini.
Propinsi Jambi salah satu Propinsi yang masih mengizinkan truk batubara melintasi jalan Kabupaten dan Jalan Propinsi dari mulut tambang yang tersebar di Kabupaten Sarolangun, Tebo, Batanghari, Ma. Bungo, Tanjung Jabung Barat dan Ma. Jambi menuju berbagai pelabuhan yang berada di daerah Talang Duku dan Tanjung Jabung Timur.
Jarak hauling pun juga beragam dari 150 - 350 Km dari mulut tambang ke Pelabuhan. Ribuan truk tiap hari terus memadati jalan-jalan umum antar Kabupaten meskipun truk hanya diizinkan melintas pada malam hari. Yang menimbulkan banyak permasalahan seperti kemacetan, kerusakan jalan, debu hingga kecelakaan yang tidak sedikit telah menimbulkan nyawa melayang, menjadi hal yang umum terjadi di sepanjang jalan yg di lewati ini. Bahkan lebih parah lagi jika di biarkan berlarut larut, tidak menutup kemungkinan hal ini akan meningkatnya rasa kecemasan dan frustasi yang tinggi bagi pengguna umum terutama bagi mahasiswa Universitas Jambi dan UIN STS Jambi yg berada persis di pinggir jalan yg di lewati truk-truk batu bara. Karena mahasiswa kedua perguruan tinggi negeri tersebut telah banyak yang menjadi korban meninggal akibat kecelakaan dengan truk batu bara.
Beberapa solusi yang efektif yg dapat di lakukan dgn segera dalam pemecahan permasalahan kemacetan di Propinsi Jambi diataranya :
Pertama :
Pemerintah propinsi Jambi beserta stackholder lainnya harus mendorong, melalui undang - undang atau perda tentunya untuk menyediakan jalan khusus batubara, hal ini bisa dilakukan dengan konsolidasi dan koordinasi secara menyeluruh dengan beberapa pihak terkait untuk menggunakan beberapa jalan milik perkebunan di Jambi ditambah peruntukannya bagi angkutan batubara. Tentu dengan mengambil cara ini akan banyak kendala yg akan di temui nantinya. Karena pembuatan jalan khusus ini akan melewati perkampungan warga dan jalan milik perusahaan perkebunan yg belum tentu jalan milik pihak tersebut bersedia dipakai oleh truk truk batubara karena pasti akan menggangu operasi kelangsungan bisnis mereka. Begitupun dengan perkebunan milik rakyat yg jumlahnya juga tidak sedikit.
Kedua:
Pemerintah propinsi Jambi harus bisa Mendorong pembangunan pelabuhan mendekati lokasi tambang khususnya di Kabupaten Ma. Bungo, Tebo dan Sarolangun. Dengan mengkaji terkait batimetri sungai, halangan jembatan, kondisi pasir dan bebatuan yg ada di aliran sungai Batang hari dan sebagainya. Setahu saya sudah ada beberapa kontraktor yang mempelajari dan hendak membangun ini.
Perbandingan volume angkut dan biaya yg timbul jika menggunakan angkutan sungai berupa Tongkang (Barge) adalah sangat efisien bila dibandingkan dengan angkutan darat (Truk).
Dengan Tongkang ukuran paling kecil 180 ft mampu mengangkut batu bara sebesar 2000 metric ton per rit. Degan total biaya dan sewa tongkang per bulan lebih kurang Rp. 500 jt. Dalam 1 bulan bisa mencapai 60.000 MT per bulan (2000 MT *1 rit sehari * 30 hari = Qty 60.000 MT (loading 1 mother vessel ukuran normal untuk export).
Lain halnya bila transportasinya menggunakan angkutan darat (truk) biaya yg akan timbul adalah dengan rincian perkiraan sebagai berikut :
Untuk mengangkut 2000 MT (Ton) di perlukan 200 truk dengan kapasitas 1 truk adalah 10 MT dengan Ongkos 1 truk sekitar adalah 3 jt per truk. Maka untuk mengangkut 2000 MT batu bara di butuhkan biaya sebesar 200 truk x Rp. 3 jt = Rp. 600 jt per hari. Berarti ada selisih Rp. 100 jt bila di bandingkan dengan menggunakan kapal tongkang (Barge). Cukup besar efisiensinya. Itu baru hitungan per hari. Bagaimana kalau di kali 30 hari untuk memuat 1 Mother Vessel (50K - 60K MT). Rp. 100 jt x 30 hari = Rp. 300 jt dalam 1 bulan efisiensi yg bisa di dapat.
Dan dari 200 truk yg beroperasi dari 1 tambang akan mampu mengurai kemacetan lebih kurang 1, 2 km dengan asumsi ukuran 1 mobil adalah 6 m.
Bagaimana jika ada 20 tambang yg masing masing mengoperasikan 200 truk dalam 1 hari, maka hitungannya menjadi 200 truk x 20 tambang = 4.000 truk. Maka akan ada sepanjang 1,2 km x 20 truk per hari maka akan ada 24 km jalan akan berkurang kepadatannya. Luar biasa memang. Ada efisiensi (penghematan) biaya sebesar 100jt per hari dan kelonggaran jalan bisa mencapai 24 km per hari.
Dengan mempertimbangkan semua dampak yang ditimbulkan kelak di kemudian hari semoga sektor pertambangan khususnya tambang Batubara di propinsi Jambi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat propinsi Jambi pada umumnya.