Sawah Yang Lama Terlantar, Kini Diolah Kembali

 

Hamparan lahan Sawah Pecat di Desa Setiris sebelum diolah kembali (Foto/DS)
Kerisjambi.id | JAMBI - Pada musim tanam (MT) Januari – April 2023, para petani di hamparan Sawah Pecat Desa Setiris Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, kembali menanam sawah mereka untuk ditanami dengan komoditi padi. Pada MT Juni – September 2022 yang lalu, jumlah petani yang melakukan budidaya padi hanya berjumlah 7 orang dengan luas tanam sekitar 32.684 M2, maka pada MT Jan-April ini, jumlah petani yang membudidayakan padi sawah meningkat menjadi 15 orang petani, dengan luas tanam saat ini mencapai 57.322 m2.

Kembali membudidayakan padi dengan mengolah sawah yang lama terlantar, pada dasarnya membutuhkan tenaga dan biaya yang relatif besar. Tebalnya semak belukar yang harus dibersihkan oleh petani, tidak mengurangi semangat mereka untuk kembali bersawah. Bustomi, salah seoang petani aktif di hamparan Sawah Pecat, menyatakan bahwa dirinya dan teman-teman petani merasa senang dengan berambahnya orang-orang yang kembali mengolah sawah. “Paling tidak musuh petani (hama tikus) makin dapat dikurangi karena adanya aktivitas di sawah, semoga mereka akan menjauh dari hamparan padi kami” tegasnya. 

Hamparan Sawah Pecat setelah diolah kembali untuk usaha tani padi sawah di Desa Setiris (Foto/DS)

Selain hama tikus, burung emprit pun sangat banyak. Untuk mengatasi hama tikus ini, petani di hamparan Sawah Pecat memasang plastik mulsa di sekeliling sawah mereka. Plastik ini akan menghalangi hama tikus menggerek batang padi di hamparan sawah. Sementara itu untuk hama burung emprit, petani memasang jaring untuk menghalangi burung memakan padi. “Cukup besar jugo biayanya” imbuh Pak Sauni, salah seorang petani yang selalu tidak pernah absen mengolah sawahnya.

Alasan para petani mengolah kembali sawah yang telah lama ditinggalkan, adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, peningkatan harga beras juga dipandang sebagai masalah bagi petani, karena proporsi pendapatan yang dikeluarkan untuk membeli komoditi beras relatif menjadi lebih besar. Pak Zaki misalnya, salah seorang petani yang baru mengolah lahan sawah terlantar, ketika dikonfirmasi (Jumat, 17/03/2023) dalam pertemuan petani hamparan Sawah Pecat, membenarkan alasan tersebut. Pak Zaki menyatakan ”Saat ini sayo mengolah empat petak sawah di bagian kanan hamparan Sawah Pecat ini” tegasnya. “Mudah-mudahan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama satu tahun” beliau menambahkan pernyataannya.

Tingginya animo para petani kembali mengolah sawah mereka yang ditelantarkan, sangat menggembirakan hati. Betapa tidak, ditengah hiruk pikuknya alih fungsi lahan menjadi lahan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit, tingginya biaya input untuk komoditi padi sawah, serta minimnya fasilitasi dari kelembagaan penunjang agribisnis, masih ada petani yang masih mempunyai semangat untuk menanam komoditi padi sawah. Barangkali mereka kembali ingat pesan Presiden Soekarno, bahwa pangan adalah soal hidup matinya bangsa. (DIAN SUNDARI/KJA)