Yudy Ibrahim lahir di Kota Ternate, Maluku Utara, pada 7 November 1975, sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Ibrahim L. Yunus dan alm. Hj. Kuraisin Pangkey. Tumbuh di lingkungan pesisir membuatnya akrab dengan laut sejak kecil. Ia sering menyaksikan aktivitas nelayan dan hiruk pikuk pelabuhan yang menjadi denyut ekonomi masyarakat Ternate. Dari sanalah lahir ketertarikan dan kecintaannya terhadap dunia kelautan dan perikanan — bidang yang kemudian menjadi jalan hidupnya hingga saat ini.
Yudy menempuh pendidikan tinggi di Universitas Khairun Ternate (UNKHAIR), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP). Ia diterima melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2002 dan menyelesaikan studinya pada tahun 2008. Meski harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan, ia tetap konsisten menyelesaikan studinya dengan semangat dan komitmen tinggi.
Bahkan sebelum menjadi mahasiswa, Yudy telah lebih dulu terjun dalam dunia kerja. Pada tahun 1996, ia diterima sebagai tenaga honorer di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate, tempat ia belajar langsung mengenai pengelolaan pelabuhan dan kehidupan nelayan. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, ia diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Provinsi Maluku Utara.
Tanggung jawab sebagai pegawai pelabuhan membuat Yudy terbiasa menghadapi beragam tantangan teknis dan sosial. Ia memahami bahwa pelabuhan bukan sekadar tempat kapal bersandar, melainkan sistem yang kompleks yang melibatkan nelayan, pengusaha, dan pemerintah. Untuk memperdalam pengetahuannya, Yudy mengikuti Diklat Kesyahbandaran di Cisarua, Bogor, pada tahun 2007, dan setelah menyelesaikan pelatihan itu, ia dilantik sebagai Syahbandar di Pelabuhan Perikanan. Posisi ini menuntutnya memiliki ketelitian, tanggung jawab, serta kemampuan manajerial yang tinggi dalam memastikan keselamatan dan kelancaran pelayaran kapal perikanan.
Pengalaman panjang Yudy di dunia pelabuhan telah membentuknya menjadi sosok profesional yang memahami realitas kerja di lapangan. Setelah bertahun-tahun mengabdi di PPN Ternate, pada tahun 2017 ia dipercaya untuk bertugas di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia. Penugasan ini menjadi momentum penting dalam perjalanan kariernya, karena memperluas cakrawala pengetahuannya tentang tata kelola pelabuhan berskala nasional.
Di PPS Nizam Zachman, Yudy terlibat dalam pengawasan operasional kapal, pelayanan pelabuhan, dan koordinasi antarinstansi yang menangani aktivitas ekspor-impor hasil laut. Di tempat inilah ia semakin memahami pentingnya sistem keselamatan kapal dan efisiensi tata kelola pelabuhan yang terintegrasi.
Kesadaran akan pentingnya kompetensi ilmiah mendorong Yudy untuk kembali menempuh pendidikan. Pada tahun 2021, ia diterima sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi Teknologi Perikanan Laut (TPL) di Institut Pertanian Bogor (IPB University). Keputusan untuk melanjutkan pendidikan magister diambil di tengah kesibukan dinas, sebagai bentuk komitmen untuk terus berkembang dan memperkuat keilmuan di bidang yang telah lama ia tekuni.
Selama menempuh studi, Yudy tetap menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ia dipindahkan ke PPS Bitung, Sulawesi Utara, pada Oktober 2021, dan kemudian ke PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, pada November 2023, tempat ia bertugas hingga saat ini. Perjalanan karier lintas daerah ini memperkaya pandangannya tentang pengelolaan pelabuhan di berbagai wilayah dengan kondisi sosial, geografis, dan budaya yang berbeda.
Yudy menyelesaikan studi magisternya di IPB Universty 29 Oktober 2025 dengan predikat yang memuaskan. Dibawah bimbingan Dr. Iin Solihin, S.Pi., M.Si. Prof. Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil, dan Dr. Mustaruddin, S.TP. Dengan judul Tesis :
“Penilaian Keamanan dan Keselamatan Kapal Purse Seine yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.”
Penelitian ini berangkat dari pengamatan dan pengalaman langsungnya selama bertugas di PPS Nizam Zachman. Ia menyoroti isu penting terkait keselamatan dan keamanan kapal purse seine, salah satu armada utama perikanan tangkap yang berperan besar dalam produksi perikanan nasional.
Melalui pendekatan analisis risiko, survei lapangan, dan evaluasi teknis, Yudy meneliti aspek kelayakan kapal, perawatan mesin, ketersediaan alat keselamatan, serta kesiapsiagaan awak kapal. Temuannya menunjukkan bahwa banyak kapal masih memerlukan peningkatan dalam aspek manajemen keselamatan, terutama terkait pemeliharaan dan pelatihan sumber daya manusia.
Penelitiannya memberikan kontribusi penting dalam upaya perbaikan sistem keselamatan di pelabuhan perikanan Indonesia. Ia menegaskan bahwa pelabuhan yang baik tidak hanya mengatur lalu lintas kapal dan bongkar muat ikan, tetapi juga menjamin keselamatan semua pihak yang bekerja di laut. Dalam pandangannya, keselamatan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan terhadap kehidupan.
Dengan kerja keras dan dedikasi tinggi, Yudy berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2025 dengan predikat sangat memuaskan. Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga bukti konsistensinya dalam menggabungkan pengalaman praktis dan pemahaman akademik secara seimbang.
Profesionalisme dan Pengabdian Yudy dikenal sebagai sosok pekerja keras, disiplin, dan tenang dalam menghadapi berbagai situasi. Rekan-rekan sejawat menggambarkannya sebagai pribadi yang tidak banyak bicara, namun selalu menuntaskan setiap tugas dengan hasil terbaik. Ia juga dikenal mampu membangun hubungan baik dengan para nelayan, staf pelabuhan, dan pihak swasta, karena memahami pentingnya sinergi dalam menciptakan sistem pelabuhan yang tertib dan efisien.
Pengalaman bertugas di pelabuhan besar seperti PPS Nizam Zachman membuatnya terbiasa bekerja di bawah tekanan dengan standar nasional yang tinggi, sementara penugasan di pelabuhan daerah seperti PPN Ternate dan PPS Bitung memberinya pemahaman mendalam tentang realitas sosial nelayan. Kombinasi pengalaman ini menjadikan Yudy memiliki kemampuan teknis, manajerial, dan sosial yang komprehensif — sebuah modal penting bagi kepemimpinan pelabuhan di masa depan.
Putra Daerah yang Siap Mengabdi untuk Maluku Utara Sebagai putra daerah Maluku Utara, Yudy Ibrahim merupakan figur yang berkompeten. Ia tidak hanya memahami karakteristik geografis dan sosial masyarakat pesisir Ternate, tetapi juga memiliki pengalaman nasional yang luas dalam pengelolaan pelabuhan perikanan modern.
Bagi Yudy, pilihan untuk balik mengabdi ke daerah merupakan panggilan moral serta bentuk tanggungjawab kepada daerah yang telah membesarkannya. Dengan bekal pendidikan dan karier panjangnya, Yudy ingin memberikan kontribusi nyata bagi PPN Ternate, tempat awal ia berkarier.
Dalam pandangan Yudy, pelabuhan perikanan bukan hanya tempat aktivitas ekonomi, tetapi juga ruang penghidupan ribuan keluarga nelayan. Karena itu, ia berkomitmen untuk mendorong peningkatan standar keselamatan, efisiensi pelayanan, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia di sektor perikanan daerah.
“Saya ingin kembali mengabdi di tanah tempat saya memulai,” ujarnya dengan rendah hati. “Ternate telah membentuk saya. Pengabdian saya berikutnya adalah bagaimana pelabuhan di Maluku Utara bisa lebih maju dan memberi manfaat bagi masyarakat nelayan.”
Integritas dan Kepemimpinan yang Ditempa Pengalaman Selama lebih dari dua puluh tahun mengabdi, Yudy Ibrahim menunjukkan bahwa kepemimpinan dibangun dari konsistensi, bukan dari ambisi. Ia meniti karier dari bawah, belajar dari pengalaman, dan menempuh pendidikan formal untuk memperkuat dasar keilmuannya. Kini, dengan segala capaian tersebut, ia menjadi teladan bagi generasi muda Maluku Utara yang ingin berkarier di bidang kelautan.
Yudy memandang laut bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas bangsa. Baginya, menjaga keselamatan kapal, nelayan, dan pelabuhan adalah bentuk nyata dari menjaga martabat daerah dan bangsa. Dengan karakter kerja yang tenang, tangguh, dan berintegritas, Yudy adalah contoh nyata aparatur negara yang bekerja dengan hati dan tanggung jawab.
Penutup: Laut Sebagai Panggilan Pengabdian
Perjalanan panjang Yudy Ibrahim adalah kisah tentang ketekunan, kesetiaan, dan pengabdian. Dari Pesisir Pelabuhan Ternate ke Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta kemudian PPS Bitung, lalu ke PPN Palabuhanratu hingga kembali ke PPN Ternate, ia terus berkomitmen untuk membangun sistem pelabuhan perikanan yang aman, efisien, dan berpihak kepada nelayan.
Kini, dengan pengalaman panjang dan pendidikan akademik yang solid, Yudy Ibrahim siap mengabdikan diri sepenuhnya untuk kemajuan pelabuhan perikanan di Maluku Utara. Baginya, kembali dan membangun daerah sendiri bukan akhir dari perjalanan, melainkan puncak dari pengabdian seorang putra daerah yang tidak pernah melupakan asalnya.
