Faktor-faktor Penyebab Stunting

Yohana Samosir


KerisJambi.id - Mahasiswi Program Magister Kebidanan  di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Telah melakukan Praktek Klinik Pemberdayaan dalam Praktek Kebidanan yang mengangkat kasus terkait Stunting di salah satu Kalurahan di Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang terhambat, terutama tinggi badan yang pendek untuk usia anak tersebut. Stunting umumnya terjadi pada periode pertumbuhan yang kritis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, yaitu dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama kekurangan zat gizi penting seperti protein, energi, dan mikronutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Di salah satu Kalurahan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta didapat seorang balita yang hasil Z score berada di -2 garis merah dengan berat badan 9,3 kg di usia 26 bulan menandakan bahwa balita tersebut mengalami stunting, setelah dilakukan analisa tehadap balita tersebut terdapat Faktor- faktor Penyebab Stunting dikarenakan oleh : 
Pertama  Pola Makan selama Kehamilan : Ibu dari balita tersebut mengaku pada saat kehamilan jarang mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji seperti bakso, mi instan dan ayam fried Chicken. Menurut Fatmaria 2021 Pola makan yang sehat bagi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan ibu hamil. Pola makan yang tidak sehat dapat membuat nutrisi yang diterima tidak mencukupi kebutuhan ibu hamil dan menyebabkan beberapa dampak pada ibu hamil.
Kedua Riwayat Pemberian ASI Eksklusif : Ibu mengatakan bahwa anaknya lahir dengan berat badan lahir rendah jadi ibu menggangap tidak cukup hanya memberikan ASI nya saja harus ditambah dengan susu formula. Menurut Kumala 2019 ASI mengandung semua gizi penting yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya. Energi dari nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama seluruhnya terkandung dalam ASI, sehingga pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
Ketiga Pola Asuh Orang Tua : Menurut Soulissa 2022 Perilaku orang tua dalam mengasuh balita merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada balita dimana perilaku orang tua dalam hal pola asuh yang kurang atau rendah memiliki peluang lebih besar anak terkena stunting dibandingkan orang tua dengan pola asuh baik. pola asuh kurang baik berisiko 8,07 kali lebih besar dibandingkan dengan pola asuh baik, masing-masing dengan persentase status gizi stunting 53% dan 12,3%.
Keempat Faktor Ekonomi : Ayah yang seorang buruh bangunan dan ibu seorang buruh pabrik yang penghasilannya terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan anaknya, sehingga Ekonomi memang sangat berkaitan dalam tahap pemenuhan asupan gizi dan karena ekonomi sangat berkaitan dalam tahap pemenuhan makanan bergizi serta pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi menurut Aini 2019.
Kelima Faktor Pendidikan : Menurut Husnaniyah dan Yulyanti 2020 Pendidikan dan pengetahuan ibu tentang gizi rendah akibatnya ia tidak mampu untuk memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga yang memenuhi syarat gizi seimbang. Ibu yang lulusan SMP hanya mendapatkan cara mengasuh anak dari tentangga atau keluarganya.
Keenam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) : Balita tersebut sering mencucui tangan tetapi tidak memakai sabun jika akan makan. Menurut Abidin 2021 Praktik hygiene buruk dapat menyebabkan balita terserang penyakit diare yang nantinya dapat menyebabkan anak kehilangan zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan.
Ketujuh Pola Pemberian Makan Balita : Susah makan dan pilih pilih makanan yang harus diblender karna balitatersebut tidak mau makan yang bertekstur keras membuat ibu harus menuruti kemauan anak agar tetap makan. Menurut Mariana Prijono 2020 Pemberian makan juga perlu diupayakan dan dikelola semenarik mungkin dengan jenis makanan yang tidak monoton sehingga balita tertarik untuk memakan makanan tersebut.
KESIMPULAN 
Untuk menurunkan angka kejadian Stunting diharapkan tenaga kesehatan dan kader-kader kesehatan dapat memberikan pendekatan kepada masyarakat terkait stunting dengan memberikan pemahaman pencegahan sejak hamil, bayi lahir, tumbuh kembang, pola asuh dan pola hidup bersih dan sehat.