Ketimpangan Gender: Masih Ada pada Suku Anak Dalam

 

Putra Suku Anak Dalam (SAD), Besiar dan Bejujung yang kuliah di Universitas Jambi. (Foto 17/03/2023, RS)
Kerisjambi.id | SAROLANGUN- Menurut (Trianton, 2009) Ketimpangan Gender merupakan suatu keadaan dimana adanya perlakuan atau tindakan yang tidak adil pada jenis kelamin tertentu. Ketimpangan gender lebih sering terjadi pada jenis kelamin perempuan. Awal mula terjadinya ketimpangan gender pada perempuan disebabkan oleh rendahnya pendidikan.

Salah Satu ketimpangan gender yang paling terlihat pada Suku Anak Dalam (SAD) di Air Hitam adalah pada pendidikannya, dimana kaum laki-laki lebih diutamakan untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi sedangkan perempuan lebih difokuskan untuk pekerjaan rumah tangga.

Berdasarkan wawancara dengan mantan Temenggung Suku Anak Dalam yaitu bapak H. Jaelani, menyatakan bahwa ada 3 orang dari Suku Anak Dalam yang mendapatkan bantuan dari PT. Sari Adityaloka -1 (PT. SAL) untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi, 2 orang yaitu Besiar dan Bejujung, kuliah di Universitas Jambi dan Fauzan kuliah di salah satu Perguruan Tinggi yang berada di Bogor, mereka dari kaum laki-laki semua (Rabu, 6 Maret 2023).

Besemen, salah seorang Tengganai dari SAD, menegaskan tentang pentingnya pendidikan bagi Suku Anak Dalam. Beliau menuturkan “sebagai orang tua kami mengharapkan anak kami maju dalam bidang pendidikan, ingin sekolahnya tinggi. Cuman kendala kami Suku Anak Dalam, orang tidak mampu dan tidak punya”. 

Bejujung salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari PT. SAL menyatakan “di masa yang akan datang saya harap adik-adik kami dari suku anak dalam lebih banyak yang mencapai jenjang pendidikan tinggi, apalagi kaum perempuan, semoga akan timbul pikiran bahwa perempuan itu juga butuh pendidikan yang tinggi dan PT. SAL juga ikut andil memberikan bantuan beasiswa kepada kaum perempuannya agar mereka bisa membantu mengembangkan masyarakat suku anak dalam dimasa yang akan datang. 

Personal dari PT. SAL yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Suku Anak Dalam adalah Ibu Fenty. Ketika dihubungi via telpon, beliau menyatakan bahwa untuk tingkat pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar, sebenarnya terjadi perimbangan jumlah perempuan dan laki-laki yang sekolah. Namun jika sudah menempuh pendidikan yang lebih tinggi maka anak-anak perempuan cenderung tidak melanjutkan lagi pendidikannya. Fenty pun menegaskan bahwa PT SAL, akan tetap memfasilitasi SAD untuk melanjutkan pendidikan, sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk tetap berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan. 

Jalaluddin, yang sekarang menjabat sebagai Jenang Air Hitam, mengharapkan bahwa ke depan anak-anak perempuan SAD bisa menempuh dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau juga mengharapkan agar Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam (FKPPSAD), juga dapat menemukan cara untuk mendorong kaum perempuan, agar ada beberapa dari kaum perempuan Suku Anak Dalam mencapai pendidikan yang sama tinggi dengan kaum laki-laki. “Mudah-mudahan kaum perempuan Suku Anak Dalam dapat setara dengan para laki-laki, dan mudah-mudahan terjadi perubahan pola pikir disebagian besar orang tua SAD, dalam bidang pendidikan ini” imbuhnya. (RAPSANJANI/KJA)