Advokat & Pusat Studi Politik dan Bantuan Hukum
Kerisjambi.id, Jambi- Di tengah gegap gempita dinamika politik nasional, nama Jambi nyaris tak pernah terdengar nyaring. Sebuah provinsi yang kaya sumber daya alam, multikultur, dan sejarah panjang peradaban Melayu, hari ini justru terkesan pasif dalam peta kekuasaan nasional. Kita tidak bicara tentang sumber daya, tetapi tentang sumber daya manusia — tokoh-tokoh besar yang seharusnya lahir dari rahim daerah ini untuk tampil dan berpengaruh di level nasional.
Mengapa Jambi tertinggal? Apakah ini sekadar kebetulan sejarah, atau ada persoalan struktural yang membungkam potensi lokal? Dalam perspektif hukum dan politik, minimnya representasi Jambi di level nasional bukan sekadar kelalaian individu, melainkan akibat dari lemahnya ekosistem kaderisasi, tumpulnya pendidikan politik, dan budaya lokal yang terlalu nyaman dalam subordinasi.
Hari ini, saat perdebatan nasional disesaki oleh nama-nama dari pulau-pulau besar lainnya, publik Jambi seperti dipaksa menjadi penonton di panggung bangsa sendiri. Gubernur, bupati, DPR, bahkan elite parpol seakan-akan berhenti pada urusan domestik tanpa keberanian membangun jejaring nasional. Lebih parah, tak ada investasi politik untuk mencetak negarawan dari Jambi — yang ada justru praktik politik transaksional yang makin menjauhkan publik dari ruang partisipasi sehat.
Padahal, hukum menjamin kesetaraan representasi dan keadilan distribusi peran. Namun realitasnya, sistem pemilu dan rekrutmen politik masih sangat elitis. Tanpa tekanan publik dan keberanian anak-anak muda Jambi untuk tampil dengan narasi yang kuat, maka provinsi ini akan terus menjadi bayang-bayang dalam arsitektur kebangsaan.
Sudah saatnya masyarakat Jambi menggugat keadaan ini. Kita perlu lebih dari sekadar loyalitas terhadap elite lokal — kita butuh visi, arah, dan figur yang bisa bersuara untuk Indonesia dari Jambi. Pendidikan politik harus dibangkitkan, organisasi kepemudaan harus didukung, dan partai politik harus dipaksa membuka pintu bagi kader-kader berkualitas dari Jambi.
Tokoh besar tidak lahir dari kenyamanan, tapi dari perlawanan terhadap ketertinggalan. Dan hari ini, Jambi harus memilih: tetap menjadi catatan kaki dalam sejarah politik nasional, atau bangkit menjadi penentu arah bangsa.
Nb: Opini tidak mewakili redaksi, murni dari penulis.