Rumah Produksi Obat Herbal (Foto Ratri Novita, 20/12/2022) |
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa Suku Anak Dalam dipandang, sebagai orang yang tetap mempertahankan kepribadian dan kebebasan diri atau orang yang mementingkan diri sendiri (tidak bisa bekerja sama), atau paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting daripada orang lain (individualisme). Anggapan tersebut berhasil dipatahkan dengan berdirinya kelompok Ubat Psako ini, karena mereka dapat bekerja sama satu sama lainnya dalam memproduksi obat herbal mulai dari proses budi daya obat herbal sampai memproduksi obat herbal tersebut. Bahkan obat herbal ini sedang dalam pengurusan izin edar, untuk siap dipasarkan.
Kebersamaan SAD pada konservasi eksitu tanaman Obat Herbal (Foto: Ratri Novita, 21/12/2022 |
Adanya organisasi SAD yang otonom ini, sejalan dengan Visi Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam (FKPSAD) yang telah dideklarasikan di Jakarta pada 25 April 2019 yang lalu, yakni menuju kemandirian dan kesejahteraan Suku Anak Dalam. Kelompok Ubat Psako ini, merupakan salah satu aktivitas yang akan mewadahi SAD dalam mewujudkan sistem produksi yang berkelanjutan, karena layanan alam dari TNBD telah relatif berkurang.
Jujur, begitulah nama salah seorang pemuda SAD, meminta kepada team, agar Universitas Jambi dapat mendampingi SAD secara kontinyu. “Saya harap kelompok Ubat Psako ini terus didampingi oleh Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa UNJA, sampai kami bisa memasarkan produk obat herbal ini” tegasnya. Kelompok Ubat Psako ini beranggotakan komunitas SAD dari Sako Selensing, Punti Kayu Satu, dari Kutai dan dari Perumahan Kampung Madani. Ada juga Temenggung, Jenang dan Kepala Dusun yang tergabung dalam organisasi ini. Sekali lagi ini membuktikan bahwa SAD bisa dan mampu bekerja sama demi kemajuan mereka sendiri. (RATRI NOVITA/KJA)
Lambang Ubat Psako, Produk Obat Herbal SAD (Foto: RN) |