30 Tahun Menggeluti Padi Sawah, Begini Harapan Ketua Kelompok Tani Lebung Putik

Ketua Kelompok Tani Lebung Putik, Suhatril (Foto AD/18/03/2023)
Kerisjambi.id | JAMBI- Selama menggeluti bidang persawahan, tiga tahun terakhir sawah Lebung Putik, Desa Setiris, Kecamatan Maro Sabo mengalami permasalahan yang rumit. Dikutip dari ketua kelompok tani Suhatril, Sabtu (18/03) yang lalu saat anjang sana ke hamparan sawah Lebung Putik dan rumahnya.

Suhatril mengatakan bahwa “Sawah lebung putik termasuk sawah tadah hujan, namun tetap ada air sepanjang tahun. Itu makanya pengelolaan sawah ini berbeda dengan sawah lainnya”. Karena kondisi sawah yang selalu tergenang air, maka penggunaan pupuk kimia granula, kurang efektif. Petani pernah dapat bantuan pupuk organik dengan brand “Jimmy Hantu” dari Dinas Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura, melalui BPP Maro Sebo. Sepertinya memberikan nutrisi untuk tanaman padi melalui daun lebih efektif dibanding dengan memberikan nutrisi melalui tanah. 

“Kami juga ingin mencoba menggunakan JAKABA” ujarnya. JAKABA, adalah kependekan dari Jamur Keberuntungan Abadi, merupakan pupuk organik yang ditemukan oleh salah seorang petani “Abah Junaidi” di Situbondo Jawa Timur. “Cobalah adik-adik mahasiswa bisa memfasilitasi kami membuat pupuk Jakaba itu, agar petani bisa lebih banyak menggunakan pupuk organik” tegasnya. Penggunaan pupuk organik untuk komoditi padi sawah merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Apalagi saat ini harga pupuk yang relatif mahal, tentunya akan menambah beban petani dalam mengalokasi pengeluaran rumah tangga untuk membeli input-input kimia tersebut.

Pupuk JAKABA merupakan pupuk organik yang menjanjikan dalam bidang pertanian. Dilansir dari chanel youtube Abah Junaidi “pupuk JAKABA sudah melalui uji laboratorium, hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pupuk JAKABA memiliki kadar NPK yang tinggi sehingga saya yakin baik untuk digunakan pada tanaman dalam merangsang pertumbuhan akar” imbuhnya. 

Dalam konteks yang lebih luas, penggunaan pupuk organik, juga merupakan solusi untuk pembangunan pertanian yang ramah lingkungan. Hal ini senada dengan penyataan Presiden Jokowi (Antara: Senin 6 Maret 2023) yang menegaskan bahwa Penggunaan pupuk organik merupakan contoh baik untuk mengatasi masalah pupuk, Masalah kelangkaan pupuk ini, juga telah dibicarakan oleh para pakar termasuk oleh Anggota DPR RI. Pada rilis berita sebelumnya Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima, menegaskan bahwa kuota pupuk bersubsidi sebelumnya adalah 9 juta ton, terjadi pengurangan kuota menjadi 7,7 juta ton (Antara, Jumat 24 Februari 2023). Dari sisi ketersediaan saja, pupuk subsidi sudah bermasalah, apalagi jika kita lihat implementasi penyaluran pupuk di lapangan. Bahkan petani mungkin tidak akan mendapatkan pupuk subsidi tersebut.

Oleh karena itu, harapan Suhatri, untuk bisa memproduksi pupuk organik sendiri, dari bahan-bahan yang ada di lingkungan petani merupakan harapan yang rasional. Beliau menambahkan, ”yaa, yang saya harapkan jelas ingin sawah lebung putik dapat menggunakan teknologi yang bisa dilakono petani, perbaikan draenase, agar kelompok tani dapat menanam padi dengan tenang dan tentu saja perubahan pola pikir anggota kelompok tani melalui berbagai pelatihan, agar aggota saya tidak sembarangan menjual lahannya yang akhirnya dialih fungsikan sebagai kebun sawit” Suhatril menutup pemaparannya. (AMELIA DESWITA/KJA).