FAKTA DIBALIK MITOS TENTANG SEAFOOD YANG SERING KITA DENGAR

 

 Oleh : Dina Nisrina, S.Gz.

(Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul)

Sebagai negara kepulauan, seafood tentu bukan makanan asing bagi orang Indonesia. Saat ini kuliner seafood banyak digemari oleh masyarakat. Apalagi seafood memiliki kandungan protein, asam lemak tak jenuh, mineral, dan juga vitamin. Sebagai makanan yang populer, seafood tidak terlepas dari beraneka mitos yang mengelilinginya. Sejumlah informasi tentang seafood yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat ternyata belum sepenuhnya benar. Sering kali informasi ini hanya berupa mitos dan omong kosong belaka. Mitos-mitos ini kerap ditelan mentah-mentah begitu saja tanpa diketahui lebih jauh kebenarannya. Untuk mengetahui kebenaran dari mitos-mitos mengenai seafood, berikut penjelasannya.

1. Mengonsumsi seafood dapat menyebabkan kolesterol tinggi ?

Hal tersebut benar. Walaupun Seafood merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik. Tetapi, apabila konsumsi seafood menjadi kebiasaan dan berlebihan akan menjadi tidak baik bagi kesehatan karena seafood mengandung tinggi purin dan lemak serta dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kandungan kolesterol per 100 gram pada udang besar sebesar 179 mg, pada udang kecil 161 mg, cumi-cumi 159 mg dan pada kepiting bakau sebesar 76mg. Sedangkan anjuran konsumsi makanan yang mengandung kolesterol sendiri adalah ≤ 300 mg sehari. Bisa dibayangkan tingginya kolesterol pada seafood terutama pada udang. Belum lagi kita mengonsumsi makanan tinggi kolesterol lainnya. Kementerian pertanian Amerika Serikat, yaitu USDA menyarankan untuk mengonsumsi makanan laut seperti kerang, kepiting, atau udang sekitar 8 ons atau 226 gram dalam seminggu. Dalam seminggu, sebaiknya batasi sekitar 2-3 kali. Selain dari seafood, usahakan untuk mengimbangi dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan agar tubuh tetap sehat.

2. Konsumsi seafood dapat memicu hipertensi ?

Faktanya, seafood justru dapat menurunkan tekanan darah dan risiko kardiovaskular, khususnya pada ikan karena banyak mengandung omega-3 dan omega-6 yang berguna untuk mengurangi total kolesterol dan tekanan darah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masengi tahun 2013, terdapat hubungan yang cukup signifikan antara konsumsi makanan laut dan menurunnya kejadian hipertensi di Malalayang Dua.

3. Konsumsi seafood dapat memicu asam urat

Seafood memiliki kandungan purin yang cukup tinggi. Saat tubuh mencerna purin yang terlalu tinggi, tubuh menghasilkan produk limbah yang disebut asam urat. Asam urat adalah produk pemecahan akhir dari purin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amiruddin tahun 2019. Konsumsi jenis makanan tinggi purin dengan frekuensi sering (salah satunya adalah seafood) merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit asam urat. 

4. Makan ikan bisa pintar ?

Ikan kaya akan asam lemak tak jenuh ganda. Kandungan omega-3 yang relatif tinggi seperti yang ada pada ikan kembung, salmon, gindara (cod), tuna, sardin dan tenggiri (makarel). Faktanya, asam lemak esensial sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia sehingga ikan baik dikonsumsi untuk dapat meningkatkan kerja otak. Terutama pada ikan kembung, ikan lokal yang mudah ditemukan di pasar. Selain harganya terjangkau, ternyata ikan kembung memiliki kandungan omega 3 yang cukup tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nalendrya pada 2016 olahan ikan kembung sendiri mampu menyumbangkan omega 3 hingga mencapai 20% AKG anak usia 7 sampai 9 tahun. Omega 3 sendiri dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia. Hal ini berarti ikan kembung baik bagi kecerdasan otak anak

5. Konsumsi seafood pada saat hamil bisa sebabkan janin hiperaktif ?

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Faktanya, tidak terdapat hubungan antara konsumsi seafood dengan janin hiperaktif, melainkan berhubungan dengan pertumbuhan janin, khususnya pada ikan laut. Konsumsi ikan laut dengan frekuensi sering selama kehamilan berkaitan dengan peningkatan perkembangan syaraf. Ikan laut mengandung iodium sebagai bahan baku hormon tiroid yang berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Setelah mengulas penjelasan mengenai mitos-mitos tersebut kita jadi lebih mengetahui tentang kebenaran sesuai faktanya. Oleh karena itu, jangan mudah percaya terhadap mitos-mitos yang beredar. Apalagi tidak berdasarkan pada penelitian yang sudah ada. Jadi, kita harus lebih berhati-hati dalam membaca informasi agar tidak salah dalam memahami.dan menerapkan mitos-mitos tersebut.


Sumber : 

[USDA] United State Departement of Agriculture. 2018. USDA National Nutrient Database for Standart Reference http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/ search/

Masengi, S. Pengaruh Komsumsi Makanan Laut Terhadap Kejadian Hipertensi di Desa Malalayang Dua. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: stephen_masengi@yahoo.com Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi .

Mirwana Amiruddin, Andi Nuddin, & Henni Kumaladewi Hengky. (2019). Pola Konsumsi Sebagai Faktor Risiko Kejadian Penyakit Asam Urat Pada Masyarakat Pesisir Teluk Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 240–249. https://doi.org/10.31850/makes.v2i2.147

Mumpuni, 2011. Cara Jitu Mengatasi Kolesterol. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Prayitno Teguh, 2014. Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi seafood dengan kadar kolesterol pada tenaga kesehatan di RSUD Cilacap Tahun 2012. Skripsi, STIKES Muhammadiyah Gombong, Kebumen. 

Saidin, M. (1999). Kandungan kolesterol dalam berbagai bahan makanan hewani. Buletin Penelitian Kesehatan, 27(2).

Setiyono. 2014. Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola Makan pada Penderita Asam Urat. J Pub Pend 6:54-58.

Starling P, Charlton K, McMahon AT, Lucas C. Fish Intake during Pregnancy and Foetal Neurodevelopment - A Systematic Review of the Evidence. Journal Nutrient. 2015;7:2001- 2014.

Syafiq, A. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta. Elex Media Komptindo. Diakses tanggal 4 Oktober 2012.