Tradisi Melangun Suku Anak Dalam: telah berubah sesuai perkembangan zaman

 

Tenda-tenda SAD di Selentik, ketika Melangun (Foto, 08/03/2003, TP)
Kerisjambi.id | AIR HITAM, SAROLANGUN – Melangun merupakan tradisi berpindah-pindah tempat atau pergi jauh bagi komunitas Suku Anak Dalam (SAD), karena ada keluarga dan ataupun kerabat dekat yang meninggal dunia. Tumenggung Kejasung Kecil, Melayau Tua mengatakan bahwa pada saat ini tradisi Melangun telah mengalami perubahan pada proses pelaksanaanya. Adanya perubahan dapat dilihat pada waktu, jarak hingga peserta yang ikut serta dalam tradisi melangun. 

Menurut Melayau Tua, tradisi melangun telah mengalami perubahan pada proses pelaksanaannya. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tradisi tersebut.

“pada saat itu pemikiran masih tertutup sekarang sudah terbuka, walaupun jauh-jauh tetap dia mati juga berapa tahunpun kita pergi dia tetap meninggal” ujar Melayau Tua, usai diskusi perubahan Tradisi Melangun di Selentik. Air Hitam, Rabu (08/3/2023).

Tumenggung yang sedang melaksanakan Tradisi Melangun dari Kampung Madani ke wilayah selentik tersebut menceritakan, bagaimana perubahan ini terjadi karena semakin banyak SAD yang terpapar dengan teknologi gaget, dan tentu saja akan membawa pengaruh terhadap perubahan- perubahan pada pola pikir sebagian masyarakat Suku Anak Dalam.

Perubahan-perubahan pola pikir sebagian masyarakat Suku Anak Dalam tentunya akan berdampak pada tradisi melangun. Pada masa lampau Tradisi melangun dilakukan dengan waktu yang lama yaitu 5-6 tahun bahkan dari beberapa sumber mengatakan bahwa melangun pada masa lampau dilakukan hingga 10-12 tahun, namun hal tersebut sangat berbeda pada saat ini yang hanya melaksanakan melangun 1- 4 bulan saja, selain perubahan pada waktu melangun terjadi juga perubahan pada peserta melangun dimana dulunya peserta yang melaksanakan tradisi melangun ialah anggota yang masih berada pada ketumenggungan yang sama namun pada saat ini melangun hanya dilakukan dengan keluarga inti saja. Selain perubahan waktu dan perubahan peserta perubahan yang dapat dilihat dengan jelas yaitu perubahan pada jarak melangun.

Melangun pada masa lampau dilakukan dengan jarak yang relatif jauh namun pada saat ini melangun dilakukan dengan jarak yang relatif lebih dekat. Perubahan-perubahan tradisi ini juga di rasakan oleh Tumenggung H. Jaelani. 

“Misalnyo kito disiko (Air Panas) ado kematian kito melangunnyo ke Rantau Limo Manih atau ke Tanah Garo atau melangun ke Merangin itu ado jalan setapaknyo kito bejalan kalau sekarang lah enak pake motor” ujar H. Jaelani, usai diskusi perubahan Tradisi Melangun di Air Panas, Selasa (7/3/2023).

Dalam melaksanakan tradisi melangun, penentuan arah melangun Suku Anak Dalam tidak terlepas dari Seloko Adat ataupun aturan yang mengatur dalam perbatasan kawasan-kawasan wilayah mereka. Adapun Seloko adat tersebut berbunyi :

“Tanah garo pangkal waris, Sungai serengam ujung waris, Air Hitam tanah bejenang”

Seloko tersebut menjelaskan batas terluar kawasan mereka dan tanah ulayat atau pusat kawasan dimana pembagian kawasan Tanah garo pangkal waris (batas awal wilayah terletak di tanah garo) meliputi sungai makekal, sungai kejasung besar, dan sungai kejasung kecil. Kawasan Sungai serengam ujung waris (batas akhir kawasan) yang berada pada aliran sungai Serengam dan sungai Terap bermuara di Batang Tembesi. Sementara kawasan Air Hitam tanah bejenang (Air Hitam tanah berajo atau dapat dikatakan kawasan pusat) yang meliputi kawasan Hulu anak sungai Air Hitam dan sungai Kedondong. 

Tumenggung Melayau Tua merupakan salah satu masyarakat SAD yang masih mempertahankan tradisi Melangun dan masih meyakini bahwa tradisi ini merupakan hal yang dapat menghilangkan kesedihannya setelah ditinggal oleh saudara yang telah meninggal dunia. Namun demikian, dalam proses pelaksanaan tradisi melangun, pada saat ini ia hanya melakukan dengan waktu yang lebih singkat yaitu 1 bulan dan dengan jarak yang lebih dekat dibanding pada masa lampau, hal ini terjadi karena beliau tidak dapat meninggalkan tanaman kelapa sawitnya yang baru berumur 2 tahun. (TRIYA PERMATA/KJA)