Pribumi diperbudak digitalisasi

Oleh : Mimi fitria

Kita tahu, teknologi menghadirkan banyak teori yang informatif, akses kepada sumber referensi yang meluas,  Tetapi entah kenapa saat ini literasi tidak lagi membumi. 

Kalaupun ada pasti hanya beberapa dari sekian banyak manusia, sebagian dari manusia terpaku pada aplikasi-aplikasi  mempertontonkan jagat raya hingga membuat kita terlena dengan menghabiskan waktu pada tilam untuk rebahan. 

Manusia-manusia sekarang padahal punya banyak wacana yang besar, alam sadarnya membawa kepada rencana-rencana gila akan perubahan. Tetapi rencana yang luar biasa hanya terpendam di dalam pikiran tanpa pergerakan dan tindakan. 

Siapa yang salah? Jelas kita. Diri sendiri yang luput akan kesadaran diri. Jika kita memanfaatkan 1 jam untuk menyusun rencana, 1 jamnya lagi melakukan tindakan sekecil apapun itu, hal ini pasti akan memberikan perubahan dalam suatu fase. 

Enggannya untuk berubah, kita hanya senang scrool sosial media, melihat, mengamati, dan mengatai. Layakanya kalau yang di tampilakan membuat kita senang kita suka, jika yang di tampilkan tak sesuai dengan diri kita, kita serapahi. Ya walaupun gak semua orang tetapi tentunya secara tidak sadar kita pernah di posisi yang demikian. 

Mau sampai kapan? Bangunlah, lakukan perubahan. Zona nyaman hanya akan memberikan ketenangan sementara, kita perlu berpikir untuk jangka waktu yang panjang. Apa sebenarnya yang kita butuhkan? Dari segi mana yang mendapatkan peluang untuk mendapatkan eksistensi di bumi hingga tua nanti. Di posisi mana kita mampu di akui sampai nanti. 

Hidup tidak hanya soal makan, tidur lalu huru-hara scrool sosial media. Kita adalah makhluk hidup yang membutuhkan hubungan dengan alam semesta. 

Jangan sampai ketidaktahuan kita, kebodohan akan pengetahuan, retorika yang tak mumpuni, relasi yang sempit, pola pikir yang kerdil menjadikan kita manusia yang diasingkan oleh manusia lain. 

Mengisi kekosongan jiwa tidak bisa terpenuhi secara utuh hanya dengan menonton kaum-kaum sosial media semata, kita adalah makhluk realistis yang membutuhkan ketersalingan di dunia maya dan nyata. 

Maka dari itu, mari ubah pola untuk kita yang menghabiskan waktu scrool saja. Jadikanlah teknologi sebagai sarana yang memperkokoh kehidupan manusia, sarana eksistensi pada bumi, dan peluang untuk tetap di anggap hidup yang memberikan kebermanfatan di dunia nyata. 

Kita mencoba ya, sekarang dan yang akan datang. Scroolnya ilmu pengetahuan bukan lagi hal-hal yang memperbudak diri dan melemahkan pendidikan moral kita

Sadarilah, bahwa teknologi sangat membantu kehidupan manusia tetapi di lain sisi teknologi juga memperbudak pribumi. Kembali kepada pilihan diri sendiri. Berbicara mengenai pilihan, maka sebaik-baiknya pilihan adalah pilihan yang memiliki banyak kebaikan.