Webinar MW KAHMI #4 : Transformasi Indonesia Dimulai Dari Desa & Pertanian


Kerisjambi.id
- Majelis Wilayah Korps Alumni HMI (MW KAHMI) Jawa Barat melanjutkan webinar ber-seri yang dihelat seminggu sekali. Di pertemuan ke-empat, Kamis (29/04), diulas topik "Pemuda, Pertanian dan Desa".

Untuk mengulas topik tersebut, diundang pakar ekonomi politik, Prof. Bustanul Arifin sebagai narasumber tunggal. Sementara, Ade Syukron Hanas, Presidium MW KAHMI Jawa Barat ditunjuk menjadi moderator.

Dalam ulasan pengantar, Koordinator Presiden (Koorpres) MW KAHMI Jawa Barat, Dr. Sofyan menjelaskan bahwa webinar ber-seri yang di-inisiasi pihaknya ditujukan untuk menguatkan kembali tradisi intelektual di lingkungan KAHMI. Ditambah, banyak problematika sosial kekinian yang perlu mendapatkan perhatian.

"Kita dihadapkan dengan banyak persoalan. Sebut saja, inflasi pangan yang tinggi. Kemudian, bencana bonus demografi akibat rendahnya mutu SDM muda kita. Lalu, permasalahan pengangguran dan kemiskinan di wilayah perdesaan di Indonesia," ungkapnya.

Segala problematika itu, sambungnya, menghendaki satu ujung yang sama, yaitu transformasi. Perubahan. 

"Topik yang dibahas pada webinar ke-empat ini pada prinsipnya mengulas ihwal transformasi. Kata kuncinya adalah pemuda, pertanian dan desa. Pemuda merujuk pada generasi berkemajuan. Pertanian tidak lain adalah sokoguru (tulang punggung : red) ekonomi Indonesia. Sementara, perdesaan adalah karakter bangsa dan negara Indonesia yang perlu dioptimalkan sebagai kekuatan," ujarnya.

Transformasi Indonesia : Tantangan Ekonomi Politik

Prof. Bustanul Arifin dalam paparannya mengulas sejumlah isu penting. Diantaranya, bahwa Indonesia sedang berada di jalur kebangkitan ekonomi pasca-COVID. 

"Betul. Ekonomi kita hingga saat ini memang dapat dikatakan bangkit. Dikonfirmasi dengan angka pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (year on year). Namun, kita harus bersiap, tahun depan kita kembali akan menghadapi ancaman resesi," jelasnya.

Sebagai langkah transformasi, ia setuju bahwa pertanian mesti ditempatkan sebagai pilar utama. Sebab, sektor pertanian terbukti tangguh di masa krisis COVID. Kemudian, di masa pasca-COVID, sektor pertanian pun mengalami pertumbuhan yang positif.

"Di kwartal II tahun 2022, Sektor pertanian tumbuh 1,37% (y-on-y), banyak didorong oleh subsektor perikanan 2,73%, peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya, dan oleh tanaman pangan 1,12%," ujarnya.

Untuk memperkuat pertanian di Indonesia, ada beberapa aspek yang perlu diperkuat. Pertama, sebut Prof. Bustanul Arifin, adalah soal lahan pertanian. Dalam hal ini, konversi lahan pertanian menjadi industri di banyak daerah di Indonesia terbukti berdampak pada produktifitas pertanian. 

"Menurunnya luas lahan pertanian di Indonesia jelas berdampak pada hasil pertanian. Untuk itu, penting untuk menjaga ketersediaan lahan pertanian dari upaya konversi ke kepentingan non-pertanian," ungkapnya.

Kedua, aspek yang sama pentingnya adalah keberlanjutan sektor pertanian. Pada konteks ini, program petani milenial seperti digagas Gubernur Jawa Barat patut diapresiasi. 

"Gerakan petani milenial adalah upaya menggerakkan keberlanjutan sektor pertanian. Patut diapresiasi, meskipun banyak hal yang juga perlu diperbaiki," katanya.